عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ اْلاَشْجَعِيِّ قَالَ: كُنَّا
نَرْقِى فِى اْلجَاهِلِيَّةِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَيْفَ تَرَى
فِى ذلِكَ؟ فَقَالَ: اِعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ. لاَ بَأْسَ
بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيْهِ شِرْكٌ. مسلم
Dari ‘Auf bin Malik Al-Asyja’iy ia berkata, “Dahulu kami biasa
melakukan jampi-jampi di masa Jahiliyah, lalu kami bertanya, “Ya
Rasulullah, bagaimana pendapat engkau tentang yang demikian itu ?”.
Rasulullah SAW menjawab, “Perlihatkanlah dulu kepadaku bagaimana
jampi-jampi kalian. Tidak mengapa menjampi selama tidak mengandung
syirik”. [HR. Muslim 4:1727]
عَنْ اَبِى سَعِيْدِ اْلخُدْرِيِّ اَنَّ نَاسًا مِنْ
اَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ ص كَانُوْا فِى سَفَرٍ فَمَرُّوْا بِحَيٍّ مِنْ
اَحْيَاءِ اْلعَرَبِ فَاسْتَضَافُوْهُمْ فَلَمْ يُضِيْفُوْهُمْ. فَقَالُوْا
لَهُمْ: هَلْ فِيْكُمْ رَاقٍ؟ فَاِنَّ سَيِّدَ اْلحَيِّ لَدِيْغٌ اَوْ
مُصَابٌ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ: نَعَمْ، فَاَتَاهُ فَرَقَاهُ
بِفَاتِحَةِ اْلكِتَابِ فَبَرَأَ الرَّجُلُ، فَاُعْطِيَ قَطِيْعًا مِنْ
غَنَمٍ، فَاَبَى اَنْ يَقْبَلَهَا وَ قَالَ: حَتَّى اَذْكُرَ ذلِكَ
لِلنَّبِيِّ ص فَاَتَى النَّبِيَّ ص فَذَكَرَ ذلِكَ لَهُ. فَقَالَ: يَا
رَسُوْلَ اللهِ، وَ اللهِ مَا رَقَيْتُ اِلاَّ بِفَاتِحَةِ اْلكِتَابِ.
فَتَبَسَّمَ وَ قَالَ: وَ مَا اَدْرَاكَ اَنَّهَا رُقْيَةٌ؟ ثُمَّ قَالَ
خُذُوْا مِنْهُمْ وَ اضْرِبُوْا لِى بِسَهْمٍ مَعَكُمْ. و فى رواية :
فَجَعَلَ يَقْرَأُ اُمَّ اْلقُرْآنِ، وَ يَجْمَعُ بُزَاقَهُ، وَ يَتْفُلُ
فَبَرَأَ الرَّجُلُ. مسلم
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy bahwasanya beberapa orang diantara
shahabat Rasulullah SAW sedang dalam perjalanan (musafir) lalu mereka
melewati suatu kampung dari kampung-kampung Arab. Mereka berharap
bisa menjadi tamu di kampung tersebut, tetapi penduduk kampung itu
tidak mau menerimanya. Lalu penduduk kampung tersebut bertanya kepada
mereka, “Apakah diantara kalian ada orang yang bisa menjampi ?”. Karena
kepala kampung di sini baru terkena sengatan. Seorang dari rombongan
sahabat itu menjawab, “Ya, ada”. Lalu shahabat tersebut datang kepada
kepala kampung tersebut dan menjampinya dengan Surat Al-Fatihah.
Ternyata kepala kampung itu sembuh, lalu shahabat tersebut diberi upah
beberapa ekor kambing. Tetapi shahabat yang menjampinya itu tidak mau
mengambilnya dan berkata, “Saya akan menyam-paikannya dulu kepada Nabi
SAW”. Kemudian dia datang kepada Nabi SAW dan menceritakan hal tersebut
kepada beliau. Ia berkata, “Ya Rasulullah, demi Allah saya tidak
menjampi kecuali dengan membacakan surat Al-Fatihah”. Maka Nabi SAW tersenyum dan bersabda, “Darimana kau tahu bahwa surat
Al-Fatihah itu bisa untuk menjampi ?”. Lalu beliau bersabda, “Ambillah
(kambing-kambing itu) dari mereka dan ikutkan saya dalam pembagian
kalian”. Dan dalam riwayat lain disebutkan, shahabat itu membaca Ummul
Qur’an (Al-Fatihah) dan mengumpulkan ludahnya lalu meludahkannya, maka
sembuhlah kepala kampung itu. [HR. Muslim 4:1727, Bukhari dan Ibnu Hibban. Dan di dalam Ibnu Hiibban diterangkan bahwa kambing tersebut 30 ekor]
عَنْ اَبِى سَعِيْدِ اْلخُدْرِيِّ قَالَ: نَزَلْنَا مَنْزِلاً
فَاَتَتْنَا امْرَأَةٌ فَقَالَتْ: اِنَّ سَيِّدَ اْلحَيِّ سَلِيْمٌ
لُدِغَ. فَهَلْ فِيْكُمْ مِنْ رَاقٍ؟ فَقَامَ مَعَهَا رَجُلٌ مِنَّا. مَا
كُنَّا نَظُنُّهُ يُحْسِنُ رُقْيَةً. فَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ اْلكِتَابِ
فَبَرَأَ فَاَعْطَوْهُ غَنَمًا، وَ سَقَوْنَا لَبَنًا فَقُلْنَا: اَكُنْتَ
تُحْسِنُ رُقْيَةً؟ فَقَالَ: مَا رَقَيْتُهُ اِلاَّ بِفَاتِحَةِ
اْلكِتَابِ. قَالَ، فَقُلْتُ: لاَ تُحَرِّكُوْهَا حَتَّى نَأْتِيَ
النَّبِيَّ ص فَاَتَيْنَا النَّبِيَّ ص فَذَكَرْنَا ذلِكَ لَهُ، فَقَالَ:
مَا كَانَ يَدْرِيْهِ اَنَّهَا رُقْيَةٌ؟ اِقْسِمُوْا وَ اضْرِبُوْا لِى
بِسَهْمٍ مَعَكُمْ. مسلم
Dari Abu Sa’id Al-Kudriy, ia berkata, “Kami sedang beristirahat di
suatu tempat, tiba-tiba seorang wanita datang kepada kami dan berkata,
“Sesungguhnya kepala kampung kami tersengat kalajengking. Apakah
diantara kalian ada yang bisa menjampi ?”. Maka seseorang diantara kami
berdiri lalu pergi bersama wanita itu. Kami tidak menduga sebelumnya,
bahwa teman kami itu pandai menjampi. Lalu dia menjampi kepala kampung
itu dengan membaca surat Al-Fatihah, maka sembuh. Lalu orang-orang
kampung memberinya kambing dan memberi kami minum susu. Kami bertanya
kepada teman kami, “Apakah engkau memang pandai menjampi ?”. Dia
menjawab, “Aku hanya menjampinya dengan surat Al-Fatihah”.
Aku (Abu Sa’id) berkata, “Jangan kalian apa-apakan dulu kambing itu
sebelum kita datang melapor kepada Nabi SAW”. Kemudian kami datang
kepada Nabi SAW dan menuturkan hal itu kepada beliau. Mendengar
penuturan kami beliau bersabda, “Bukankah tidak ada yang memberitahu,
bahwa surat Al-Fatihah itu bisa untuk menjampi ? Bagilah kambing-kambing itu dan berilah aku bagian bersamamu”. [HR. Muslim 4:1728]
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَأْمُرُنِى اَنْ اَسْتَرْقِيَ مِنَ اْلعَيْنِ. مسلم
Dari Aisyah ia berkata, “Rasulullah SAW pernah menyuruhku untuk meminta jampi dari sakit mata”. [HR. Muslim 4:1725]
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ فِى الرُّقَى قَالَ: رُخِّصَ فِى اْلحُمَةِ وَ النَّمْلَةِ وَ اْلعَيْنِ. مسلم
Dari Anas bin Malik, ia berkata tentang menjampi, “Diidzinkan untuk mengatasi racun, luka di lambung dan mata”. [HR. Muslim 4:1725]
عَنْ اَبِى الزُّبَيْرِ اَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ
اللهِ يَقُوْلُ: اَرْخَصَ النَّبِيُّ ص فِى رُقْيَةِ اْلحَيَّةِ لِبَنِى
عَمْرٍو، قَالَ اَبُو الزُّبَيْرِ: وَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللهِ
يَقُوْلُ: لَدَغَتْ رَجُلاً مِنَّا عَقْرَبٌ وَ نَحْنُ جُلُوْسٌ مَعَ
رَسُوْلِ اللهِ ص فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَرْقِى؟ قَالَ:
مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ اَنْ يَنْفَعَ اَخَاهُ فَلْيَفْعَلْ. مسلم
Dari Abuz Zubair bahwasanya ia mendengar Jabir bin Abdullah
berkata, “Nabi SAW memberi idzin untuk menjampi ular kepada Bani ‘Amr”.
Abuz Zubair berkata, “Aku mendengar Jabir bin Abdullah berkata,
“Seseorang diantara kami tersengat kalajengking. Ketika itu kami sedang
duduk bersama Rasulullah SAW. Lalu ada orang bertanya, “Ya Rasulullah,
bolehkah aku menjampinya ?” Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa
diantara kalian sanggup menolong saudaranya (kawannya), hendaklah dia
lakukan”. [HR. Muslim 4:1726]
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص عَنِ الرُّقَى
فَجَاءَ آلُ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ ص فَقَالُوْا: يَا
رَسُوْلَ اللهِ، اِنَّهُ كَانَتْ عِنْدَنَا رُقْيَةٌ نَرْقِى بِهَا مِنَ
اْلعَقْرَبِ وَ اِنَّكَ نَهَيْتَ عَنِ الرُّقَى. قَالَ: فَعَرَضُوْهَا
عَلَيْهِ. فَقَالَ: مَا اَرَى بَأْسًا مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ اَنْ
يَنْفَعَ اَخَاهُ فَلْيَنْفَعْهُ. مسلم
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW
melarang jampi-jampi. Lalu datanglah keluarga ‘Amr bin Hazm kepada
Rasulullah SAW. Mereka berkata, “Ya Rasulullah, kami mempunyai mantra
yang bisa untuk menjampi sengatan kalajengking. Sedangkan engkau
melarang jampi-jampi”. Lalu mereka memperlihatkan jampi-jampi mereka
kepada Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Aku kira tidak
apa-apa. Barangsiapa diantara kalian bisa menolong saudaranya, hendaklah
dia lakukan”. [HR. Muslim 4:1726]Keterangan :
Dari hadits-hadits diatas bisa dipahami bahwa ruqyah (jampi-jampi) yang tidak mengandung syirik itu tidak dilarang. Menurut riwayat Bukhari Nabi SAW biasa melakukan ruqyah ketika akan tidur, yaitu melaksanakan suwuk (menghembus pada kedua tapak tangan yang disatukan dan membaca surat Al-Ikhlash, Al-Falaq dan An-Naas, lalu mengusapkan ke seluruh badan semaksimalnya). Dan ketika Nabi SAW menjenguk orang sakit, beliau juga melakukan ruqyah dengan membaca doa bagi orang sakit.
Sumber : http://tukiman25.wordpress.com/
No comments:
Post a Comment