عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدِ بْنِ اَبِى وَقَّاصٍ عَنْ اَبِيْهِ
اَنَّهُ سَمِعَهُ يَسْأَلُ اُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ: مَاذَا سَمِعْتَ مِنْ
رَسُوْلِ اللهِ ص فِى الطَّاعُوْنِ؟ فَقَالَ اُسَامَةُ: قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ ص: اَلطَّاعُوْنُ رِجْزٌ اَوْ عَذَابٌ اُرْسِلَ عَلَى بَنِى
اِسْرَائِيْلَ اَوْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ. فَاِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ
بِاَرْضٍ فَلاَ تَقْدَمُوْا عَلَيْهِ. وَ اِذَا وَقَعَ بِاَرْضٍ وَ
اَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوْا فِرَارًا مِنْهُ. مسلم
Dari ‘Amir bin Sa’ad bin Abu Waqqash, dari ayahnya, bahwasanya dia
mendengar (Sa’ad bin Abu Waqqash) bertanya kepada Usamah bin Zaid,“Apa yang kamu dengar dari Rasulullah SAW tentang penyakit tha’un ?”. Usamah menjawab, Rasulullah SAW bersabda, “Penyakit tha’un (lepra) itu ialah suatu hukuman atau siksaan yang ditimpakan kepada kaum Bani Israil, atau kepada ummat-ummat sebelum kalian. Maka apabila kalian mendengar penyakit tha’un itu melanda suatu daerah, janganlah kalian datang ke daerah itu. Dan apabila menimpa suatu daerah sedangkan kamu berada padanya, maka janganlah kalian keluar lari dari daerah itu”. [HR. Muslim 4:1737]
عَنْ اُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص:
اَلطَّاعُوْنُ آيَةُ الرِّجْزِ ابْتَلَى اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ بِهِ نَاسًا
مِنْ عِبَادِهِ. فَاِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ فَلاَ تَدْخُلُوْا عَلَيْهِ. وَ
اِذَا وَقَعَ بِاَرْضٍ وَ اَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَفِرُّوْا مِنْهُ. مسلم
Dari Usamah bin Zaid, ia berkata : Rasulullah SAW besabda,
“Penyakit tha’un (lepra) adalah tandanya hukuman (siksa). Dengan
penyakit tersebut Allah Azza wa Jalla menguji manusia dari
hamba-hamba-Nya. Maka apabila kalian mendengar penyakit tersebut menimpa
(suatu daerah), janganlah kalian masuk ke daerah itu. Dan apabila
menimpa suatu daerah sedangkan (pada waktu itu) kamu berada padanya,
maka janganlah kalian lari darinya”. [HR. Muslim 4:1738]
عَنْ اُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص اَنَّهُ
قَالَ: اِنَّ هذَا اْلوَجَعَ اَوِ السَّقَمَ رِجْزٌ عُذِّبَ بِهِ بَعْضُ
اْلاُمَمِ قَبْلَكُمْ. ثُمَّ بَقِيَ بَعْدُ بِاْلاَرْضِ فَيَذْهَبُ
اْلمَرَّةَ وَ يَأْتِى اْلاُخْرَى. فَمَنْ سَمِعَ بِهِ بِاَرْضٍ فَلاَ
يَقْدَمَنَّ عَلَيْهِ وَ مَنْ وَقَعَ بِاَرْضٍ وَ هُوَ بِهَا فَلاَ
يُخْرِجَنَّهُ اْلفِرَارُ مِنْهُ. مسلم
Dari Usamah bin Zaid, dari Rasulullah SAW, bahwasanya beliau
bersabda, “Sesungguhnya sakit (lepra) ini atau penyakit ini adalah
suatu siksa (hukuman) yang dengannya sebagian ummat-ummat sebelum kalian
dahulu disiksa. Kemudian setelah itu penyakit tersebut menetap di bumi.
Lalu penyakit itu suatu saat hilang, dan suatu saat datang lagi. Maka
barangsiapa yang mendengar bahwa penyakit tha’un tersebut menimpa di
suatu daerah, janganlah sekali-kali ia datang kepadanya. Dan barangsiapa
yang berada di suatu daerah yang sedang ditimpa penyakit tersebut, maka
jangan sekali-kali dia keluar karena ingin menghindari”. [HR. Muslim 4:1738]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ، اَنَّ عُمَرَ بْنَ
اْلخَطَّابِ خَرَجَ اِلَى الشَّامِ حَتَّى اِذَا كَانَ بِسَرْغٍ لَقِيَهُ
اَهْلُ اْلاَجْنَادِ اَبُوْ عُبَيْدَةَ بْنُ اْلجَرَّاحِ وَ اَصْحَابُهُ.
فَاَخْبَرَهُ اَنَّ اْلوَبَاءَ قَدْ وَقَعَ بِالشَّامِ. قَالَ ابْنُ
عَبَّاسٍ: فَقَالَ عُمَرُ: اُدْعُ لِيَ اْلمُهَاجِرِيْنَ اْلاَوَّلِيْنَ.
فَدَعَوْتُهُمْ، فَاسْتَشَارَهُمْ وَ اَخْبَرَهُمْ اَنَّ اْلوَبَاءَ قَدْ
وَقَعَ بِالشَّامِ. فَاخْتَلَفُوْا، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: قَدْ خَرَجْتَ
ِلاَمْرٍ وَ لاَ نَرَى اَنْ تَرْجِعَ عَنْهُ. وَ قَالَ بَعْضُهُمْ: مَعَكَ
بَقِيَّةُ النَّاسِ وَ اَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ ص. وَ لاَ نَرَى اَنْ
تُقْدِمَهُمْ عَلَى هذَا اْلوَبَاءِ. فَقَالَ: اِرْتَفِعُوْا عَنِّى. ثُمَّ
قَالَ: اُدْعُ لِيَ اْلاَنْصَارَ فَدَعَوْتُهُمْ لَهُ. فَاسْتَشَارَهُمْ
فَسَلَكُوْا سَبِيْلَ اْلمُهَاجِرِيْنَ، وَ اخْتَلَفُوْا كَاخْتِلاَفِهِمْ.
فَقَالَ: اِرْتَفِعُوْا عَنِّى. ثُمَّ قَالَ: اُدْعُ لِى مَنْ كَانَ
ههُنَا مِنْ مَشْيَخَةِ قُرَيْشٍ مِنْ مَهَاجِرَةِ اْلفَتْحِ.
فَدَعَوْتُهُمْ فَلَمْ يَخْتَلِفْ عَلَيْهِ رَجُلاَنِ. فَقَالُوْا نَرَى
اَنْ تَرْجِعَ بِالنَّاسِ وَ لاَ تُقْدِمْهُمْ عَلَى هذَا اْلوَبَاءِ.
فَنَادَى عُمَرُ فِى النَّاسِ. اِنِّى مُصْبِحٌ عَلَى ظَهْرٍ فَاَصْبِحُوْا
عَلَيْهِ. فَقَالَ اَبُوْ عُبَيْدَةَ بْنُ اْلجَرَّاحِ: أَ فِرَارًا مِنْ
قَدَرِ اللهِ؟ فَقَالَ عُمَرُ: لَوْ غَيْرُكَ قَالَهَا يَا اَبَا
عُبَيْدَةَ. (وَ كَانَ عُمَرُ يَكْرَهُ خِلاَفَهُ). نَعَمْ، نَفِرُّ مِنْ
قَدَرِ اللهِ اِلَى قَدَرِ اللهِ. أَ رَاَيْتَ لَوْ كَانَتْ لَكَ اِبِلٌ
فَهَبَطْتَ وَادِيًا لَهُ عُدْوَتَانِ اِحْدَاهُمَا خَصْبَةٌ وَ اْلاُخْرَى
جَدْبَةٌ أَ لَيْسَ اِنْ رَعَيْتَ اْلخَصْبَةَ رَعَيْتَهَا بِقَدَرِ
اللهِ، وَ اِنْ رَعَيْتَ اْلجَدْبَةَ رَعَيْتَهَا بِقَدَرِ اللهِ؟ قَالَ
فَجَاءَ عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ عَوْفٍ، وَ كَانَ مُتَغَيِّبًا فِى بَعْضِ
حَاجَتِهِ، فَقَالَ: اِنَّ عِنْدِى مِنْ هذَا عِلْمًا. سَمِعْتُ رَسُوْلَ
اللهِ ص يَقُوْلُ: اِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِاَرْضٍ فَلاَ تَقْدَمُوْا
عَلَيْهِ. وَ اِذَا وَقَعَ بِاَرْضٍ وَ اَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوْا
فِرَارًا مِنْهُ. قَالَ: فَحَمِدَ اللهَ عُمَرُ بْنُ اْلخَطَّابِ ثُمَّ
انْصَرَفَ. مسلم
Dari Abdullah bin Abbas, bahwasanya Umar bin Khaththab pergi ke negeri Syam. Ketika Umar sampai di kota Saragh (kota di pinggiran Syam dari arah Hijaz), dia ditemui oleh pimpinan-pimpinan beberapa kota
di Syam, yaitu Ubaidah bin Jarrah dan shahabat-shahabatnya. Mereka
memberitahu Umar bahwa wabah sedang berjangkit di negeri Syam. Ibnu
Abbas berkata, “Umar lalu berkata, “Panggilkan untukku orang-orang
Muhajirin yang pertama”. Lalu aku panggilkan mereka. Kemudian Umar
bermusyawarah dengan mereka dan memberitahu mereka bahwa wabah telah
berjangkit di negeri Syam. Lalu mereka berbeda pendapat. Sebagian mereka
berkata, “Sungguh engkau keluar untuk suatu urusan yang penting, maka
kami tidak setuju kalau kamu kembali”. Dan sebagian mereka berkata,
“Engkau diikuti oleh orang banyak dan shahabat-shahabat Rasulullah SAW,
maka kami tidak setuju kalau kamu membawa mereka itu menuju ke wabah
ini”. Lalu Umar berkata, “Tinggalkanlah aku”. Kemudian dia berkata,
“Panggilkan untukku orang-orang Anshar”. (Ibnu Abbas) berkata, “Lalu aku
panggilkan mereka. Kemudian Umar bermusyawarah dengan mereka. Dan
ternyata orang-orang Anshar itupun sama seperti orang-orang Muhajirin
tadi, yaitu orang-orang Anshar itu berbeda pendapat seperti orang-orang
Muhajirin”. Maka Umar berkata, “Tinggalkanlah aku !”. Kemudian Umar
berkata, “Panggilkan untukku sesepuh-sesepuh Quraisy yang hijrah pada
waktu Fathu Mekkah (orang-orang yang masuk Islam sebelum Fathu Makkah)
!” Maka aku panggilkan mereka itu. Dan ternyata mereka itu satu
pendapat, tidak terjadi perbedaan pendapat diantara dua orang. Mereka
berkata : “Kami berpendapat, bahwasanya engkau harus kembali membawa
orang-orang ini dan jangan engkau membawa mereka datang ke wabah itu”.
Kemudian Umar menyeru kepada orang banyak, “Sesungguhnya aku
bersiap-siap naik kendaraan untuk pulang, maka bersiap-siaplah kalian
!”. Maka Abu Ubaidah bin Jarrah berkata, “Apakah akan lari dari taqdir
Allah ?”. Umar menjawab, “Seandainya bukan kamu yang mengatakan begitu
hai Abu Ubaidah, (saya tidak heran)”. Dan Umar tidak suka berselisih
dengannya. (Umar berkata ), “Ya, kita lari dari taqdir Allah menuju
kepada taqdir Allah yang lain. Bagaimana pendapatmu, kalau kamu
mempunyai onta yang kamu bawa turun ke suatu lembah yang mempunyai dua
sisi, yang satu subur dan yang satunya lagi tandus. Bukankah jika kamu
menggembalakannya pada sisi yang subur itu berarti kamu
menggembalakannya dengan taqdir Allah ? Dan jika kamu menggembalakannya
pada sisi yang tandus itupun berarti kamu menggembala-kannya dengan
taqdir Allah ?”. Kemudian Abdurrahman bin Auf datang dari sesuatu
keperluannya. Kemudian ia berkata, “Sesungguhnya saya mempunyai ilmu
tentang hal ini. Saya pernah mendengar Raulullah SAW bersabda, “Apabila
kalian mendengar di suatu daerah (terjangkit wabah), maka janganlah
kalian masuk ke daerah itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di suatu
daerah sedang kamu berada padanya, maka janganlah kalian keluar
melarikan diri dari daerah tersebut”. (Ibnu Abbas) berkata, “Lalu Umar
bin Khaththab memuji Allah, kemudian meninggalkan tempat itu”. [HR. Muslim : IV : 1740]Sumber : http://tukiman25.wordpress.com/
No comments:
Post a Comment